Formasi Baturetno merupakan formasi berumur Kuarter. Penamaannya pertama kali diusulkan oleh Boediarto (1962), yaitu untuk mengelompokkan batuan konglomerat, batupasir dan batulempung di daerah Semin (Gunung Kidul) dan Nguntorohadi (Wonogiri). Umur formasi ini disimpulkan berdasarkan kandungan fosil vertebrata yang dikandungnya (Boediarto, 1962). Formasi ini menumpang secara tidak selaras di atas formasiformasi yang berumur Tersier. Wiyono (1992) yang melakukan penelitian di daerah Eromoko menyebutkan bahwa formasi ini tersusun oleh perulangan tuf halus putih kekuningan dengan perulangan batupasir yang menunjukkan gradasi. Endapan lempung hitam menempati stratigrafi paling atas. Gradasi batupasir ini berupa batupasir kasar ke batupasir sedang dengan lensalensa konglomerat. Wiyono (1992) meneliti kandungan polen dalam endapan lempung hitam dan menyimpulkan bahwa polen dalam lempung itu mengindikasikan flora yang biasa hidup di lingkungan danau. Namun ada hal yang perlu menjadi perhatian dari hasil penelitian polen yang dilakukan Wiyono terutama berkaitan dengan kehadiran Ginko biloba dan Zea mays. Ginko biloba adalah tumbuhan daerah sub tropis dan tidak tumbuh secara alami di daerah tropis sementara Zea mays (jagung) juga bukan tumbuhan asli Indonesia. Kehadiran Ginko biloba dan Zea mays mengindikasikan terjadinya kontaminasi terhadap sampel yang diambil oleh polen-polen modern. Oleh karena itu, penelitian ulang terhadap kandungan polen perlu dilakukan dengan lebih baik untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang ada pada saat itu.
Jumlah Halaman | 139 |
Penulis | Purna Sulastya Putra |
ISBN | 978-602-280-564-9 |
Tahun Terbit | 2017 |
Penerbit | Deepublish |
Stok Buku | 0 / |