Dalam menjaring mahasiswa berkualitas, Tes Potensi Akademik (TPA) diterapkan demi menjaring calon mahasiswa D3 & S1 pilihan. Tes seperti ini telah diterapkan sebagai standar internasional syarat penerimaan mahasiswa perguruan tinggi selama bertahuntahun. Di luar negeri tes ini disebut dengan GRE (Graduate Record Examination), ini adalah sebuah tes untuk mengukur kemampuan dan bakat seseorang di bidang akademis. Pada penerapannya, TPA merujuk pada tes GRE. Dapat disebut bahwa TPA adalah GRE-nya Indonesia karena poin-poin pertanyaan dan bidang yang diuji sama. TPA pada dasarnya digunakan untuk mengukur bakat dan kemampuan seseorang dalam bidang akademis atau keilmuan. Harapannya, dengan diadakannya tes ini akan dapat diukur apakah seseorang cukup cakap dalam masuk universitas yang dituju atau tidak. Tes ini diberlakukan sebagai efek banyaknya mahasiswa yang ternyata tidak mempunyai potensi untuk dapat menerima materi perkuliahan, namun mereka dapat menjadi mahasiswa di universitas setempat. Efeknya, mahasiswa yang kurang potensial tersebut menjadi tidak berkembang, serta selalu kesulitan dalam menerima materi. Namun, dalam banyak kasus, kegagalan menembus skor minimal TPA bukan karena rendahnya kemampuan si peserta tes, melainkan karena ketidakterbiasaan terhadap materi yang ada dalam tes. Seringkali orang merasa menyesal setelah meninggalkan ruangan ujian. Hal itu disebabkan merasa waktu sangat singkat padahal soal banyak sekali karena jika kemampuan yang dimiliki setiap orang saat mengikuti TPA sama. Perbedaannya dimungkinkan terletak pada terbiasa tidaknya menjawab soal. Dengan demikian, orang yang belum pernah berlatih tes ini biasanya akan kaget sehingga dimungkinkan hasilnya pun akan berbeda.
Jumlah Halaman | 140 |
Penulis | Saktiawan Wijaya |
ISBN | 979-788-197- 0 |
Tahun Terbit | 2022 |
Penerbit | Media Pressindo |
Stok Buku | 0 / |