PERPUSTAKAAN DIGITAL INDONESIA
Tunggu Sebentar...
 


× Home Berita Buku Gratis Buku Koleksi Tentang Kami



Bahasa Arab Bahasa Alquran

Dinamika studi Alquran telah memunculkan pergumulan intelektual yang cukup intesif. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi logis atas posisi Alquran sebagai teks yang menempati posisi yang paling sentral dalam kajian Islam, sebab Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam. Bahasa wahyu merupakan bahasa yang unik, sehingga mencerminkan bahasa yang mencerminkan keuniversalannya sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia. Meskipun demikian, namun bahasa yang dianggap paling dekat adalah bahasa Arab. Hal ini wajar, sebab Nabi Saw. sebagai penerima wahyu adalah pengguna bahasa Arab. Akan tetapi, bahasa Arab tidaklah sejajar dengan bahasa Alquran sebab ketinggian bahasa Alquran tidak terbantahkan lagi. Banyak penulis yang telah melakukan kajian mengenai sisi Alquran dari sisi kebahasaan sampai pada kesimpulan bahwa Alquran merupakan bahasa wahyu yang tidak mungkin tertandingi oleh keistimewaan bahasa Arab. Kaidah-kaidah tafsir merupakan kunci-kunci untuk memahami maksud teks Alquran bersama redaksinya yang indah dan mempesona. Kaidah-kaidah yang meliputi: pertama, kaidah tafsir dan mufasir yaitu kaidah dasar untuk memahami teks. Kedua, kaidah kebahasaan yaitu kaidah-kaidah tafsir yang berasal dari kaidah-kaidah bahasa Arab. Ketiga, kaidah dhamir yaitu; kaidah-kaidah yang mencakup kaidah-kaidah kata ganti benda dengan memperhatikan dialektika dan posisinya masing dalam struktur bahasa. Keempat, kaidah yang meliputi perangkat-perangkat (huruf-huruf atau kata yang menunjukkan pertautan dengan antara suatu kata dengan kata yang lain. Kelima, kaidah al-nafy (negasi) yaitu suatu perangkat (huruf, atau kata) yang menegasikan sesuatu atau seseorang. Keenam, kaidah istifham (kata tanya) yang berfungsi untuk menanyakan sesuatu atau seseorang. Hal ini akan ditemukan di dalamnya adanya redaksi pertanyaan yang menunjukkan permintaan akan suatu jawaban, konfirmasi, atau mungkin menunjukkan larangan (istifham). Ketujuh, kaidah amr dan nahy (instruksi dan larangan) mencakup perintah yang sesungguhnya atau bermakna sebaliknya. Hal ini dapat dipahami dengan pendekatan kaidah kebahasaan dan atau logika. Begitu pula larangan, dapat dipahami secara apa adanya atau bisa jadi dipahami sebagai perintah, atau maksud yang lainnya sesuai dengan susunan redaksi dan konteksnya.

Detil Buku
Jumlah Halaman 356
Penulis Muhammad Yusuf & Ismail Suardi Wekke
ISBN 978-602-453-796-8
Tahun Terbit 2018
Penerbit Deepublish
Stok Buku 0 /
Kembali