Tenedor Libre

“Kriwikan dadi tulisan.” Itu pendapat saya melihat kiprah perempuan-perempuan yang menuju senja. Mereka memiliki keberanian mewarnai senja dengan banyak warna. Yang mulanya hanya curhatan di media sosial kemudian menjadi tulisan yang memiliki alur dan menjadi cerita yang bisa dibaca. Mengubah lisan menjadi tulisan tentu bukan hal yang mudah jika tanpa kebiasaan. Kebiasaan menulis di media sosial pun tak bisa dijadikan patokan seseorang bisa menulis. Jika kemudian 22 perempuan ini merubah tutur lisan menjadi kata yang bisa dibaca maka sudah selayaknya lah untuk diapresiasi. Selamat Hari Ibu. Agus Leyloor Buku kumpulan fiksi mini berjudul Tenedor Libre ini konsepnya prasmanan. Para penulis ibaratnya seperti chef, diberi ruang untuk berkreasi, meracik tema, narasi, dan gaya bahasa. Ada 22 penulis yang akan menyiapkan pesta prasmanan ini, dan diberikan kebebasan mengekspresikan pengalaman spiritualnya ke dalam prosa yang dibumbui imajinasi. Buku kumpulan fiksi mini ini menyajikan 109 judul dan yang menarik perhatian adalah bentuk tulisannya yang bebas tidak terikat dengan berbagai aturan seperti diksi dan iramanya. Sehingga dari kebebasan itu kita dapat menilai bahwa mereka memiliki kualitas dan karakter yang kuat sebagai penulis fiksi mini. Selamat dan terus berkarya menjelajahi ruang-ruang kreatif yang tidak terbatas. Alex Luthfi R