Konon pada sekitar awal abad ke 16 M. Wonosobo merupakan wilayah yang sangat tertutup dengan hutan lebat yang menaunginya. Menurut cerita rakyat pada saat itu datanglah tiga pengembara yang datang serta mulai membuka hutan untuk bertempat tinggal. Ketiga pengembara tersebut bernama Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik. Mereka datang bersama keluarganya dan sedikit demi sedikit menata tempat yang mereka tinggali hingga menjadi sebuah perkampungn kecil. Karena perkampungan ini tadinya merupakan hutan dan kemudian didatangi untuk ditinggali maka dinamakanlah Wonosobo. “Wono” berarti hutan dan “Sobo” berarti datang. Suatu ketika Kyai Walik menyepi dari keramaian untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada saat itu belau mendapatkan ilham dan diceritakan kepada orang-orang. Sambil menunjuk tempat beliau berkata bahwa pada suatu saat nanti di sini akan menjadi tempat yang suci tempat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian beliau berjalan dan menunjuk tempat lagi dan berkata nanti tempat ini menjadi halaman yang luas dan menjadi pusat pemerintahan. Kemudian beliau kembali berjalan dan menunjuk suatu tempat lagi dan berkata bahwa suatu saat nanti tempat ini akan menjadi tempat manusia yang berbuat durhaka. Kesemua tempat tersebut diberi tanda dengan ditanami Pohon Bambu oleh Kyai Walik. Dan setelah beratus-ratus tahun kemudian tempat yang ditunjuk oleh Kyai Walik tersebut benar menjadi Masjid,Alun-Alun, dan Penjara di pusat Kota Wonosobo. Seklumit legenda Wonosobo yang sangat masyur di tengah masyarakat ini membuka gerbang selaksa sejarah di balik kabut, menjelajahi legenda dan mitos di Wonosobo
Jumlah Halaman | VI + 121 |
Penulis | DWI PUTRANTO BIMO SASONGKO,S.Sos.MM |
ISBN | 978-623-09-8505-8 |
Tahun Terbit | 2024 |
Penerbit | PutLeS |
Stok Buku | 0 / |