Arsitektur, Urbanitas, dan Pendidikan Budaya Berkota

Sebuah kota adalah suatu prosa, tapi sekaligus puisi. Betapa banyak hal yang nyata pada sebuah kota, suatu gambar yang gampang dicerna. Ada bangunan tinggi, sangat tinggi, pencakar langit. Ada mal, hotel, gedung perkantoran, serta bangunan publik dan komersial lainnya. Sebuah struktur fisik, sebagai simbol pertumbuhan dan kemakmuran ekonomi dari sebagian (kecil) warga kota. Sebab, di balik gedung-gedung tinggi, di belakang rupa estetika keindahan kota, bersemayam pula gubuk-gubuk derita, kotak-kotak kardus bernama hunian manusia. Inilah realitas yang kontras, atas nama kemajuan peradaban dan transaksi perdagangan. Tapi sebuah kota juga adalah puisi, yang tak mudah dipahami. Kota adalah tentang manusia. Kota adalah misteri tentang manusia. Betapa ada kekerasan dan konflik sosial, kekerasan seksual, dan kejahatan kriminal yang banal. Di kota, ada banyak hal dan peristiwa, dimana akhirnya akal pikiran sampai pada kesimpulan, bahwa banyak orang telah berhenti menjadi manusia. Manusia menjadi pemangsa bagi manusia lainnya. Di sisi lain, tetap juga tersisa harapan besar, bahwa sisi kemanusiaan dan moralitas manusia tidak lah mungkin tertanggalkan. Harapannya, manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan, saling percaya, dalam kesepakatan norma-norma, untuk mencapai tujuan kesejahteraan bersama. Kualitas kota, sebagai tempat hidup warga, lalu sangat menentukan terwujudnya harapan itu.